Selasa, 28 Januari 2014

Anak- Anak Istimewa



Bismillahirrohmanirahim.
Malam ini terasa begitu sejuk. Hujan deras yang mengguyur malam ini membuat manusia terbuai dengan kantuknya. Kuterjaga lagi setelah bisa tidur selama 2 jam. Saat hujan mengguyur kuterbangun. Puji syukur kupanjatkan, pada saat hujan aku berada di tempat yang nyaman. Ingatanku langsung melayang kepada orang-orang yang mungkin malam ini berada di luar rumah karena urusan tertentu atau malah belum memiliki rumah yang dapat digunakan untuk berteduh. Ya Allah lindungilah mereka yang tinggal dibawah naungan Langit-Mu. 

Kubuka dan kubaca lembaran-lembaran buku mengenai mendidik dengan hati. Kucoba pahami isi dan pesan yan hendak disampaikan penulis. Ingatanku kembali melayang pada anak-anak didikku. Saat ini aku diberikan amanah sebagai wali kelas XI bus 2. Sebuah kelas sosial yang istimewa. Kupejamkan mata dan bervisualisasi saat aku bersama dengan mereka. Tergambar jelas suasana kelas yang sangat begitu kurindukan. Senyum anak-anak, candaan mereka, posisi duduk mereka, semangat mereka dan lain-lain. Tak terasa sudah 6 bulan kebersamaan kami. Banyak hal yang sudah kami lalui. Bahagia, saat duka dan masa-masa adaptasi dengan mereka.

Aku jadi teringat saat pertama diberikan SK untuk menjadi Wali kelas di kelas ini. Kupandangi nama-nama mereka yang memang masih asing, karena sebelumnya aku tak mengajar di kelas X. Namun, dari sejarah wali kelas sebelumnya serta guru-guru yang mendampinginya anak-anak ini bisa di katakan  “super”. Super berisik, super malas, dan istilah super negative lainnya.  Sampai saat awal masuk ada seorang siswi yang minta untuk dipindahkan ke kelas lain karena menganggap di kelas ini tidak ada teman dan suasana kelasnya kurang kondusif untuk belajar.

Hari-hari pertama kujalani, perkenalan, membuat struktur kelas dan segala administrasi yang terkait dengan pengelolaan kelas. Awal yang indah bagiku. Ada 2 siswa baru yang bergabung di kelas ini. Kelas ini menjadi semakin semarak. Hari-hari kujalani dengan mendampingi mereka. Setiap pagi aku hadir memulai dengan perwalian. Cara biasa dan klasik yang kuterapkan.  Aku mulai berfikir dan mulai terpengaruh atas stigma “super” yang diberikan kebanyakan guru untuk kelas ini. Kelas ini berisik, motivasi belajarnya rendah sehingga menghasilkan hasil belajarnya juga paling rendah, banyak sampah, anak-anak yang bermasalah dan stigma negative lain yang memenuhi benakku. Sampai aku mulai berfikir untuk menyerah dan mundur….

Ya Allah.. 
Waktu terus berjalan.. Allah masih berikan aku kekuatan untuk bertahan dengan metode klasik dan cara biasa dalam pendampingan. Aku mulai merenung dan bertanya kepada-Nya. Bagaimana ini ya Allah agar aku mampu membuat kelas ini lebih baik. Ketika aku berdoa agar lebih bisa sabar, namun Allah mengirimkan ada saja siswa yang bermasalah. Pelanggaran demerit, masalah belajar dan lain-lain. 

Apa yang salah? Apa para siswanya atau metode yang diterapkan dalam pendampingan kepada mereka? Berbagai pertanyaan berkecamuk di benakku?

Sampai akhirnya, tak terasa 1 semester sudah berlalu. Awal tahun 2014, ku membuat status di Facebook “Awali tahun baru dengan mood yang bagus. Ciptakan keberuntungan dengan energy positif yang kita keluarkan maka energy itu akan kembali ke diri sendiri dan akan beresonansi ke sekeliling kita”. Kata-kata adalah doa. Setiap anak terlahir fitrah/suci hanya seringkali para orang tua dan guru-guru nya yang membuat mereka keluar dari kefitrahannya. Kalimat itu kembali terngiang dibenakku. Kata-kata dan fikiran apa yang sudah aku ciptakan untuk membentuk kelas ini. Astaghfirullah al’adzim… Aku mulai tersadar..

Bismillah.. Ya Allah bimbing hati ini untuk mengubah paradigma negative terhadap kelas ini. Semua mesti dimulai dari mana? Ya dari diriku sendiri, selaku pemegang amanah terbesar sebagai Wali Kelas. Kumulai mengubah strategi pendampingan. Energi ku juga harus ku tingkatkan untuk lebih positif. Kata-kata adalah doa. Kata-kata dan fikiran positif dimulai dari ku akan tervibrasi dengan anak-anakku. Sampai ada suara hati yang mengatakan agar aku mampu melihat amanah ini dari sudut pandang lain. Ketika Allah hadirkan anak-anak yang sedang mempunyai masalah berarti Allah tunjukkan kepadaku akan arti kesabaran dan keikhlasan. Anak-anak ku memiliki keunikan masing-masing. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang Allah berikan. Maka yang perlu dilakukan adalah metode nya saja yang harus di-update. Semua anak tercipta luar biasa. Dengan hati dan cinta, ku yakin akan mampu membuat hari-hari ku dalam mendidik menjadi lebih bermakna. 

Aku semakin mampu menerima amanah ini sebagai bentuk kasih sayang-Nya terhadap diriku.  Ya Allah, izinkanlah aku berucap syukur tak terhingga atas titipan-titipan-Mu yang istimewa ini. Aku Ikhlas dalam ketetapan-Mu. Untuk anak-anakku yang sedang mengalami suatu masalah dalam kehidupannya saat ini, izinkan Ibu untuk mendampingi kalian dalam menemukan solusi yang tepat terhadap masalah kalian. 

Terima Kasih Ya Allah telah hadirkan aku dalam perjalanan hidup mereka…

Terima kasih Ya Allah telah Kau hadirkan anak-anak istimewa ini dalam perjalanan hidupku.
Terima kasih Nak, kalian adalah guru bagi kehidupanku. Kalian ajarkan Ibu tentang makna kesabaran, keikhlasan, kasih sayang, cinta dan kesantunan.
Kita berjuang bersama untuk menjalani hidup ini. Kita berjuang bersama untuk memahami makna dan hakekat kehidupan.
“ Tak ada satu pun yang berat dalam mendidik bila dilakukan dengan keikhlasan.
Tak ada hambatan psikologis dalam mendidik yang tak dapat dicairkan oleh Kasih sayang.
Tak ada yang sulit yang tak dapat dipecahkan oleh ketulusan.
Tak ada batu keras yang tak dapat diatasi oleh syukur.”
Terima kasih ya Allah atas pelajaran kehidupan ini.

Tangerang, (29012014) Pukul. 02.53 WIB
(www.jengfidi.blogspot.com)

0 komentar: