Kamis, 28 Februari 2013

Perjalanan Tauhid Part 5

Sabtu, 16 Februari 2013

Pukul 02.00 dini hari aku keluar dari kamar 908 Hotel Al-Massa. Teman-teman ku sudah terlebih dahulu meninggalkan kamar. Aku pun berjalan sendiri menuju Lift. Saat di Lift aku bertemu dengan seorang Ibu yang mengaku dari Jawa Timur. Akhirnya, kami berjalan bersama dan sesekali berbincang. Tiba di pelataran Mesjid, Ibu tersebut mengajakku Thawaf. Aku katakan “ Lihat sikon ya Bu” karena kemarin aku saksikan banyak sekali jamaah yang melakukan Thawaf. Setelah memasuki Masjid kulihat ternyata Jamaah tidak terlalu ramai. Akhirnya aku setuju untuk Thawaf bersama Ibu tersebut. Sebelum Thawaf aku ditawari makanan. Aku mengambil 1 butir kue. Rasanya seperti kue Moci Indonesia dan Ibu tersebut mengambil 3 butir. Ibu tersebut mengatakan akan makan dulu karena semalam belum makan. Aku pun mempersilakannya dan menyarankan untuk minum air zam – zam juga. Aku duduk sebentar sambil pandanganku mengarah pada Tamu – tamu Allah yang sedang ber-Thawaf. Tak lama kemudian Ibu tersebut menghampiriku dan kami pun mulai melakukan Thawaf Sunah.

Putaran demi putaran kulalui dengan bersenandung “Subhanallah Walhamdulillah Wala Ilahaillallah Walahaula wala quwwata illa billahil’aliyil adzim”. Syahdu dan tenang sekali. Kunikmati bait demi bait. Dengan bersenandung membuatku merasa lebih menjiwai Lafadz tersebut. Setiap agak jauh dariku Ibu tersebut erat menggenggam tanganku seperti kami sudah pernah kenal lama sebelumnya. Pada putaran ke-4 aku merasa sudah mulai mendekati ka’bah namun ada saja halangan dan Ibu tersebut selalu menarikku kekanan sehingga aku jadi menjauh dengan Ka’bah. Dalam bathinku “Lho kok jadi tambah jauh bukannya tambah dekat dengan Ka’bah. Pada Putaran ke 6 aku mulai dekat dengan Ka’bah, saat itu aku ingin menyentuh Ka’bah namun sang Ibu melarang dan meminta ku untuk menyelesaikan sampai dengan Putaran terakhir. Sampai di putaran ke-7 kuarahkan kepalaku ke kiri tepat di Hajar aswad. Antrian Jamaah laki-laki cukup padat, namun aku sudah tahu karena sebelumnya aku pun pernah ikut berdesak-desakan. Kemudian aku arahkan langkahku ke tempat antrian perempuan. Di situ aku berharap bisa menyentuh Hajar Aswad. Aku pun mulai berjuang untuk bisa melihat dan menyentuh Hajar Aswad. Disitu pun aku ikut berdesakan dengan jamaah wanita lain. Sang Ibu yang bersama aku Thawaf tadi seperti mengatakan sesuatu “ Mbak sampeyan tetap mau bertahan dengan kondisi seperti ini”. Aku diam saja tidak menjawab sepatah katapun dan terus berjuang. Sampai Beliau mengatakan akan Ke Multazam untuk berdoa. Dan aku pun mengatakan “Iya, Ibu duluan saja”. Aku terus berusaha sampai tiba – tiba datang laki – laki bertubuh besar turut berdesakan di area wanita. “Ya Allah.. La Ilahaillallah.. Allahu Akbar” dalam kondisi terjepit aku hanya bisa sebut itu. Laki- laki tersebut semakin agresif dan terus mendesak untuk bisa sampai di Hajar Aswad. Aku pun semakin berusaha untuk meraihnya sampai ada kesempatan dengan kuasa Allah aku bisa melihat batu tersebut. Subhanallah.. Batu tersebut bagus sekali dikelilingi seperti almunium silver dan kulihat batu itu berwarna putih dan bersih. Bagus sekali sampai dalam hatiku berkata “Ya Allah pantas saja banyak orang yang rela antri, berdesak – desakan untuk bisa sampai di Batu Cantik nan Indah ini. Aku semakin bersemangat untuk bisa menyentuhnya. Tanganku terus berusaha meraihnya, namun sulit sekali. Sampai akhirnya, betul – betul karena dengan kuasa Allah aku bisa meyentuh batu Hajar Aswad dengan tangan kananku. Walaupun hanya beberapa detik dan akhirnya tanganku seperti terpental dan terlepaslah batu tersebut. Perlahan aku mundur dan menjauh dari tempat tersebut. Ya Allah, Alhamdulillah aku panjatkan syukur yang tiada terhingga aku masih diberi keselamatan setelah turut berdesakan di Hajar Aswad. Kemudian aku menuju Hijr Ismail dan melakukan Sholat tepat dibawah Pancuran Mas. Dan terakhir aku berdoa di Multazam.

Setelah berdoa disemua tempat Mustajabah tersebut aku menuju Lt. 2 Mesjid. Kududuk disebelah Tiang besar dan disitu aku mulai melakukan Shalat Tahajud. Setelah Sholat aku berdiri di teras kecil Mesjid. Ku ucapkan syukur tak terhingga kepada Allah. Sebelum aku pulang Allah mengijinkan aku hadir di semua tempat Mustajabah sesuai dengan keinginanku. Terima Kasih ya Allah.

Kemudian aku kembali ke Shaf ku, di situ aku bersandar pada sebuah tiang besar. Rasanya nyaman sekali sampai ada seorang Ibu yang mendekat dan ingin sholat disampingku. Aku pun mempersilakannya. Ibu tersebut menggelar sajadahnya dan aku pun turut menggunakan sajadah tersebut karena aku lupa membawa sajadah mungilku. Saat bersandar aku seperti agak tertidur sampai 2x dan sampai akhirnya aku tersentak seperti ada petunjuk/ pesan yang Allah berikan kepada ku. Seperti tanganku dituntun untuk menuliskan pesan tersebut:

“Tepat pukul 04.45 di Masjidil Haram Lt.2.
Aku melihat seorang Ibu khusyuk bersujud, menangis, berdoa seperti sedang mengadukan segala masalah – masalahnya. Saat itu aku duduk tidak jauh disampingnya. Karena dengan kuasa Allah aku dihadirkan ditempat ini. Aku pernah minta dan bertanya : Ya Allah aku yakin Engkau punya pesan yang ingin Kau sampaikan melalui peristiwa – peristiwa yang ku alami. Hadirnya aku disini bukanlah suatu kebetulan semata. Kududuk di Shaf ini dan melihat Ibu tersebut, tiba – tiba seperti aku menangkap suatu pesan yang ingin Allah sampaikan:

“Ya, hati manusia akan menjadi dekat jikat diberikan suatu masalah dalam hidupnya. Mereka akan lebih berharap pertolongan Allah dan lebih khusyuk dalam memohon segala pertolongan-Nya dan Allah sangat dekat dengan Hamba-Nya yang sedang diberikan ujian dalam hidupnya”

Terima Kasih Ya Allah atas petunjuk-Mu."

Saat shalat Subuh akan dimulai, ku mulai membuka percakapan dengan seorang Ibu yang ada disampingku. Sampai akhirnya Ibu tersebut memberikan dan menyuruhku mencatat sebuah doa agar bisa sering datang ke tempat ini.

Doa tersebut adalah:

"Ya Allah kami mohon jangan jadikan Ziarahku ketempat suci-Mu ini adalah Ziarah terakhirku.
Ya Allah panggilah aku untuk berziarah ketempat – tempat suci disaat – saat tertentu bersama suami dan anak-anakku.
Ya Allah ku mohon panggilah anak cucuku agar sering berziarah ketempat suci-Mu ini.
Ya Allah panggil juga Saudara – saudaraku dan teman-temanku agar bisa berziarah ketempat suci-Mu dilain waktu". (Amien)

Terima kasih buat Ibu Atiek (Depok) atas catatan doanya. Semoga suatu saat kita bisa dipertemukan lagi.

Setelah sarapan pagi kami berkumpul di Lobi Hotel untuk bersama – sama melaksanakan Thawaf Wada. Thawaf perpisahan ini membuat hati kami sedih sekali.
Tiba di pelataran masjid dengan dibimbing oleh Ust. Jafar kami me-lafadzkan Niat dan langsung melaksanakan Thawaf. Syahdu dan khusyuk sekali kurasakan. Kalimat tasbih kembali kusenandungkan sehingga aku merasa lebih menjiwai bait demi baitnya. Putaran ke-7 kami selesaikan dengan lancar. Kemudian kami sholat dibelakang Maqam Ibrahim. Aku pun memanjatkan do’a. salah satu do’a yang kubaca adalah do’a yang penah Ibu Atiek berikan (sudah aku tulis dibagian atas).

Setelah itu, aku mengambil Shaf untuk Sholat Dhuha. Seperti Allah sudah mengatur segalanya. Aku duduk tepat didepan 2 Tiang besar. Sehingga ketika aku melihat ke depan pandanganku tertutup 2 tiang tersebut dan aku tidak bisa melihat Ka’bah lagi. Selepas Sholat aku kembali ke Hotel mengecek kembali barang bawaanku.

Waktu Zuhur pun tiba, aku bersama rekanku menuju Masjid untuk melaksanakan Sholat Zuhur. Dan seperti Allah memang mengatur langkah kaki kami. Rekanku mengajak melewati tangga diluar Masjid dan akhirnya kami mengambil shaf di Lt.2. Sampai selesai sholat Zuhur kami kembali aku sudah tidak bisa melihat Ka’bah lagi. Sepertinya Allah sudah meng-ikhlaskan kepulanganku.

Terima Kasih Ya Allah.. Aku mohon pamit untuk kembali ke Tanah Air.

0 komentar: