Bismillahirrohmanirahim.
Malam ini terasa begitu sejuk. Hujan deras yang mengguyur malam
ini membuat manusia terbuai dengan kantuknya. Kuterjaga lagi setelah bisa tidur
selama 2 jam. Saat hujan mengguyur kuterbangun. Puji syukur kupanjatkan, pada
saat hujan aku berada di tempat yang nyaman. Ingatanku langsung melayang kepada
orang-orang yang mungkin malam ini berada di luar rumah karena urusan tertentu
atau malah belum memiliki rumah yang dapat digunakan untuk berteduh. Ya Allah
lindungilah mereka yang tinggal dibawah naungan Langit-Mu.
Kubuka dan kubaca lembaran-lembaran buku mengenai mendidik
dengan hati. Kucoba pahami isi dan pesan yan hendak disampaikan penulis. Ingatanku
kembali melayang pada anak-anak didikku. Saat ini aku diberikan amanah sebagai
wali kelas XI bus 2. Sebuah kelas sosial yang istimewa. Kupejamkan mata dan
bervisualisasi saat aku bersama dengan mereka. Tergambar jelas suasana kelas
yang sangat begitu kurindukan. Senyum anak-anak, candaan mereka, posisi duduk
mereka, semangat mereka dan lain-lain. Tak terasa sudah 6 bulan kebersamaan
kami. Banyak hal yang sudah kami lalui. Bahagia, saat duka dan masa-masa
adaptasi dengan mereka.
Aku jadi teringat saat pertama diberikan SK untuk menjadi
Wali kelas di kelas ini. Kupandangi nama-nama mereka yang memang masih asing,
karena sebelumnya aku tak mengajar di kelas X. Namun, dari sejarah wali kelas
sebelumnya serta guru-guru yang mendampinginya anak-anak ini bisa di
katakan “super”. Super berisik, super
malas, dan istilah super negative lainnya.
Sampai saat awal masuk ada seorang siswi yang minta untuk dipindahkan ke
kelas lain karena menganggap di kelas ini tidak ada teman dan suasana kelasnya
kurang kondusif untuk belajar.
Hari-hari pertama kujalani, perkenalan, membuat struktur
kelas dan segala administrasi yang terkait dengan pengelolaan kelas. Awal yang
indah bagiku. Ada 2 siswa baru yang bergabung di kelas ini. Kelas ini menjadi
semakin semarak. Hari-hari kujalani dengan mendampingi mereka. Setiap pagi aku
hadir memulai dengan perwalian. Cara biasa dan klasik yang kuterapkan. Aku mulai berfikir dan mulai terpengaruh atas
stigma “super” yang diberikan kebanyakan guru untuk kelas ini. Kelas ini
berisik, motivasi belajarnya rendah sehingga menghasilkan hasil belajarnya juga
paling rendah, banyak sampah, anak-anak yang bermasalah dan stigma negative
lain yang memenuhi benakku. Sampai aku mulai berfikir untuk menyerah dan
mundur….
Ya Allah..
Waktu terus berjalan.. Allah masih berikan aku kekuatan
untuk bertahan dengan metode klasik dan cara biasa dalam pendampingan. Aku
mulai merenung dan bertanya kepada-Nya. Bagaimana ini ya Allah agar aku mampu
membuat kelas ini lebih baik. Ketika aku berdoa agar lebih bisa sabar, namun
Allah mengirimkan ada saja siswa yang bermasalah. Pelanggaran demerit, masalah
belajar dan lain-lain.
Apa yang salah? Apa para siswanya atau metode yang
diterapkan dalam pendampingan kepada mereka? Berbagai pertanyaan berkecamuk di
benakku?
Sampai akhirnya, tak terasa 1 semester sudah berlalu. Awal
tahun 2014, ku membuat status di Facebook “Awali tahun baru dengan mood yang
bagus. Ciptakan keberuntungan dengan energy positif yang kita keluarkan maka
energy itu akan kembali ke diri sendiri dan akan beresonansi ke sekeliling
kita”. Kata-kata adalah doa. Setiap anak terlahir fitrah/suci hanya seringkali
para orang tua dan guru-guru nya yang membuat mereka keluar dari kefitrahannya.
Kalimat itu kembali terngiang dibenakku. Kata-kata dan fikiran apa yang sudah
aku ciptakan untuk membentuk kelas ini. Astaghfirullah al’adzim… Aku mulai
tersadar..
Bismillah.. Ya Allah bimbing hati ini untuk mengubah
paradigma negative terhadap kelas ini. Semua mesti dimulai dari mana? Ya dari
diriku sendiri, selaku pemegang amanah terbesar sebagai Wali Kelas. Kumulai
mengubah strategi pendampingan. Energi ku juga harus ku tingkatkan untuk lebih
positif. Kata-kata adalah doa. Kata-kata dan fikiran positif dimulai dari ku
akan tervibrasi dengan anak-anakku. Sampai ada suara hati yang mengatakan agar
aku mampu melihat amanah ini dari sudut pandang lain. Ketika Allah hadirkan
anak-anak yang sedang mempunyai masalah berarti Allah tunjukkan kepadaku akan
arti kesabaran dan keikhlasan. Anak-anak ku memiliki keunikan masing-masing.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang Allah berikan. Maka yang perlu
dilakukan adalah metode nya saja yang harus di-update. Semua anak tercipta luar biasa. Dengan hati dan cinta, ku
yakin akan mampu membuat hari-hari ku dalam mendidik menjadi lebih bermakna.
Aku semakin mampu menerima amanah ini sebagai bentuk kasih
sayang-Nya terhadap diriku. Ya Allah,
izinkanlah aku berucap syukur tak terhingga atas titipan-titipan-Mu yang
istimewa ini. Aku Ikhlas dalam ketetapan-Mu. Untuk anak-anakku yang sedang
mengalami suatu masalah dalam kehidupannya saat ini, izinkan Ibu untuk
mendampingi kalian dalam menemukan solusi yang tepat terhadap masalah kalian.
Terima Kasih Ya Allah telah hadirkan aku dalam perjalanan
hidup mereka…
Terima kasih Ya Allah telah Kau hadirkan anak-anak istimewa
ini dalam perjalanan hidupku.
Terima kasih Nak, kalian adalah guru bagi kehidupanku.
Kalian ajarkan Ibu tentang makna kesabaran, keikhlasan, kasih sayang, cinta dan
kesantunan.
Kita berjuang bersama untuk menjalani hidup ini. Kita
berjuang bersama untuk memahami makna dan hakekat kehidupan.
“ Tak ada satu pun yang berat dalam mendidik bila dilakukan
dengan keikhlasan.
Tak ada hambatan psikologis dalam mendidik yang tak dapat
dicairkan oleh Kasih sayang.
Tak ada yang sulit yang tak dapat dipecahkan oleh ketulusan.
Tak ada batu keras yang tak dapat diatasi oleh syukur.”
Terima kasih ya Allah atas pelajaran kehidupan ini.
Tangerang, (29012014) Pukul. 02.53 WIB
(www.jengfidi.blogspot.com)
0 komentar:
Posting Komentar